Cerpen

Dejavu Cinta

 
Pagi ceria embun, angin, daun-daun dan awan berarak menyambut datangnya pagi, burung berkicau melantunkan kidung cinta terbang kesana kemari menghias indahnya pagi.  Matahari memancarkan cahaya menembus jendela kamarku  menghangatkan raga ini dan memberikan kekuatan baru di pagi ini.
Hari ini aku begitu semangat entah tadi malam aku mimpi apa? Seolah ada semangat baru yang tumbuh dalam jiwa ini. Seperti biasa sesudah mandi dan sarapan pagi aku jalan santai di halaman belakang rumah. Beberapa saat kemudian aku mendengar suara lirih mengucap salam..
“Assalamu’alaiku… Assalamu’alaikum…” suara itu terdengar dari pintu depan rumahku berulang kali… “Wa’alaikum salam… Ia tunggu sebentar …” jawabku berteriak kencang sambil bergegas lari menuju pintu depan…
Aku melihat Abang Udin sepupuku berdiri menunggu di depan pintu, kemudian berkata  “bagaiman kabarmu Iyek, ko’ gak pernah ada kabar emang kapan kamu pulang dari pondok?” Tanya Abangku heran karena tak seperti biasax aku pulang ke kampong, namun bukan waktu liburan… “Aku udah lulus Bang, sebenerx Aku masih harus menyelesaikan tugas mengabdi mengajar tapi Aku diminta paman ke Guruku untuk bantu mengajar di Pondoknya di Malang”  “Oh… Gitu… Trus kapan rencanaya kamu ke Malang?” Tanya Abangku sambil melangkah masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa depan… “Tau bang Aku masih capek Aku baru sabtu kemaren datang, insya Allah rabu ini aku ke Malang” jawabku sambil melangkah ke ruang belakang… “Iyek… gak usah repot-repot bikin sesuatu” ujar abangku… “Gak ada yg repot bang.. Td aku emang lg bikin teh, tunggu sebentar ya…” Jawabku, beberapa saat kemudian aku kembali menghampiri abangku yg masih duduk di ruang tamu… “Nich Bang.. silahkan diminum…“Oya ngomong2 selain ngajar kira2 kamu ngapai aja di Mlang, apa kamu gak ada niatan Mencari Ilmu lagi, sambil ta’lim khorijin ke ‘Ulama2 yg ada disana atau Kuliah…?” tanya dan syarannya padaku sambil menepuk2 pundakku   “kalau sambil ta’lim lagi sich ia bang, tp klu kuliah dari mana ceritanya aku bisa kuliah… seperti mimpi bang, ijazah SMA aja aku gak punya… Abang kan tau sendiri klu aku Cuma tamatan MTS… ” jawabku sambil menuang teh kecangkir dan menggeserx kedepan abangku… “Sialahkan diminum Bang…” tambahku, aku lihat abangku terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu, kemudian menjawab… “Ia…Ia… Terimakasih…”  “Gimana klu kamu ambil persamaan aja, untuk mendapatkan Ijazah SMA?” lanjutnya… “Giman caranya bang…?” Tanyaku untuk minta penjelasan, walau aku pernah dengar tentang persaan sekolah atau kata lain sekolah paket A/B/C… “Klu kamu mau besok aku ajak ke tempat sekolahnya, gimana” Tanya abangku semangat setengah mendesak aku untuk bilang ia… “Insya Allah, aku pikir2 dulu bang… Jadi atau gak jadi besok Abang aku hub lagi” Jawabku… “Ya udah Aku pulang dulu, besok aku tunggu keputusanmu… Hidup adalah pilihan dan kita harus bisa memilih karena keputusanmu hari ini akan menentukan masa depanmu 20-40 tahun yang akan datang… Berdirilah burung kecilku dan papar dadamu di ujung kaki langit dan ukir namamu dengan tinta emas” tambahnya sambil berlalu meninggalkanku setelah mengucap salam… Aku asih terdiam terkesima dengan kata2 yg dilontarkan abangku… sesaat baru aku ucap “Wa’alikum salam” namun ia sudah menghilang ditelan agin yg berhembus sepoi waktu dzuhaa ini… Aku terus merengung mengulang kembali kata2 yg disampaikan abangku tadi… Ya Allah berilah hambamu hidayah-Mu sehingga aku bisa mendapat ridho-Mu untuk selalu meniti di jalan-Mu… bisikan doaku dalam hati…
Aku anak ketiga dari delapan bersaudara, keluargaku hidup serba pas-pasan dari kecil aku seudah terbiasa pindah rumah, dari satu rumah kerumah yg lain karena kedua orang tuaku tidak mampu membuat rumah sendiri hanya mampu ngontrak… Tapi aku selalu bersyukur pada Allah SWT karena Dia masih memberi nikmat yang sangat besar yang lain yang tidak diberikan pada orang lain… Aku diberi kehidupan yang sempurna, karena masih banyak saudara2ku yg hidup dibawah garis kemiskinan, rumah mereka dibawah jembatan2 dan sepanjang pinggiran sungai serta trotoar2 jalan… Aku masih bisa sekolah seperti anak kebanyakan anak2 di kampungku, aku masuk sekolah kelas di SDN Kanjar Bulang namun sekitar satu tahun kemudian aku pindah ke Ketapang karena aku harus ikut orang tuaku, awalnya aku diam dirumah Kakek dari Ibuku untuk belajar membaca Al-Qur’an sambil sekolah SD itupun aku cuma ikut2tan sekolah aja, karena umurku waktu itu masih sekitar 5 tahun maklum dikampungku waktu itu belum ada sekolah TK. Saat di Ketapang Aku disuruh sekolah TK bersama adek perempuanku namun aku menolak karena anak2 di TK masih suka nangis, kencing, dan be’ol dicelana aku tidak suka itu. Aku lebih memilih mengantar dan menjemput Adekku sekolah di TK Bayangkari itu.  Setahun kemudian aku baru masuk sekolah SDN Ketapang Daya I yang tak jauh dari rumahku.
Ketapang sebuah kecamatan dipesisir utara kota Madura dan masuk dalam daerah kabupaten Sampang dan juga termasuk pertengahan lintas panjang pulau Madura. Didesaku sangat dekat dengan pantai dan pasar ikan, setiap hari para nelayan menjual ikannya di pasar itu dan dari penjuru kota membeli ikan disana. Pulau Madura terkenal dengan tembakaunya yang manis dan harum dan juga terkenal pulau garam, penduduknya kebanyakan petani dan nelayan. Kebanyalan orang madura orangnya keras2, mungkin karena iklim cuacanya yang panas dan gersang. Di beberapa daerah jika tidak hujan sampai 6-7 bulan maka pulau itu kekeringan dan banyak sumber air yang mati.